DATABASE SPASIAL (PETA TOPOGRAFI)
Peta Topografi
sumber : petatopografi.com
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi
melalui garis‐garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi‐rendahnya
permukaan dari pandangan datar (relief), juga meliputi pola saluran, parit,
sungai, lembah, danau, rawa, tepi‐laut dan adakalanya pada beberapa jenis peta,
ditunjukkan juga, vegetasi dan obyek hasil aktifitas manusia. Pada peta
topografi standard, umumnya dicantumkan juga tanda‐tanda yang menunjukkan
geografi setempat. Peta topografi mutlak dipakai, terutama didalam perencanaan
pengembangan wilayah, sehubungan dengan pemulihan lokasi atau didalam pekerjaan
konstruksi. Didalam kegiatan geologi, peta topografi terpakai sebagai peta
dasar untuk pemetaan, baik yang bersifat regional ataupun detail, disamping
foto udara atau jenis citra yang lain. Peta topografi juga dipelajari sebagai
tahap awal dari kegiatan lapangan untuk membahas tentang kemungkinan proses
geologi muda yang dapat terjadi, misalnya proses erosi, gerak tanah/bahaya
longsor dan sebagainya. Selain itu, keadaan bentang alam (morfologi) yang dapat
dibaca pada peta topografi sedikit banyak merupakan pencerminan dari keadaan
geologinya, terutama distribusi batuan yang membawahi daerah itu dan struktur
geologinya.
Skala Peta
Skala yang dipakai
dalam topografi bisa bermacam‐macam misalnya, skala verbal contoh “one inch to
the smile”, atau sering kali dipakai Skala grafis berupa pita garis yang
dicantumkan pada peta. Skala ini seringkali dipakai sebagai pelengkap dari
skala perbandingan angka yang sudah dicantumkan. Di Indonesia, dikenal berbagai
ukuran skala perbandingan skala‐skala seperti 1 : 250.000, 1 : 500.000, 1 :
1.000.000 dikenal sebagai skala iktisar. Skala 1 :25.000, 1 : 50.000, 1 :
100.000 merupakan skala standard. Skala 1 : 1.000, 1 : 5.000 atau lebih umumnya
disebut skala detail.
Cara
membuat peta topografi
Untuk dapat menggambarkan peta topografi yang baik, perlu diketahui
unsur‐ unsur penting diantaranya ; bukit, lembah atau alur sungai dan juga
obyek buatan manusia. Relief atau bentuk tinggi rendahnya bentang alam diukur
dengan menggunakan alat ukur seperti ; teodolit, alidade, waterpas, kompas dan
lain‐ lain. Titik yang menunjukkan ketinggian (umumnya diambil dari datar
permukaan laut diterakan pada peta menurut skala yang tertentu. Cara membuat
kontur ketinggian yaitu dengan menggunakan titik ketinggian sebagai kerangka.
Contoh pada gambar 5.2 titik‐titik ketinggian adalah A sampai F dan titik‐titik
P sampai S adalah yang mewakili ketinggian dari bentang alam diukur. Misalnya
pada garis A‐B dengan beda tinggi 150 m akan dibuat kontur ketinggian 600 m dan
650 m, maka spasi antar kontur dapat diinterpolasikan jaraknya dari selisih
harga kontur dengan titik tsb. (A) dibandingkan beda tinggi AB, dikalikan
dengan jarak A‐B pada peta. Demikian pula misalnya antara P‐S akan dibuat
kontur 650, maka konturnya adalah selisih tinggi P dan harga kontur (650)
dibandingkan dengan beda tinggi P‐ S dikalikan jarak P‐S sebenarnya pada peta.
Sumber : Cara membuat peta topografi
Dalam penggambaran garis kontur ketinggian, kadang‐kadang diperlukan gambaran atau sketsa bentang alamnya misalnya bukit‐bukit dan lembah, alur sungainya, sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam interpolasi.
Penampang Topografi
Penampang topografi adalah profil yang menunjukkan muka bumi sepanjang
garis penampang tertentu. Penampang ini dibuat dengan memproyeksikan titik
potong kontur dan garis penampang pada ketinggian gambar. Kadang‐ kadang skala
tegak dibuat lebih besar dengan maksud lebih memperlihatkan profilnya.
sumber : penampangtopogrfi.com
Analisa
Peta Topografi
Analisa peta topografi dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum
dilakukan penyelidikan dilapangan ataupun pembukaan suatu wilayah. Analisa ini
umumnya disertai foto udara, atau dengan bantuan informasi keadaan geologi
regional. Seringkali keadaan topografi sangat dicerminkan oleh keadaan
geologinya, sehingga studi pendahuluan ini sangat membantu penyelidikan
selanjutnya Hal‐ hal yang perlu dipelajari pada peta topografi antara lain,
pola garis kontur, kerapatan, bentuk‐bentuk bukit, kelurusan punggungan, bentuk
lembah atau aliran, pola aliran sungai dan sebagainya. Bebarapa sifat yang
menonjol dari topografi misalnya bentuk morfologi yang landai, umumnya
ditempati oleh endapan aluvial sungai/pantai, atau batuan‐batuan yang lunak
misalnya lempung, napal dan sebagainya. Bentuk perbukitan yang bergelombang,
umumnya ditempati oleh batuan yang berselang‐seling, misalnya batupasir dan
lempung atau breksi. Bukit‐bukit yang menonjol dan tersendiri, seringkali
merupakan suatu tubuh batuan intruksi, misalnya andesit, basalt. Pada batugamping,
sangat khas dikenal bentuk “topografi karst” dan sebagainya. Kelurusan
punggungan atau sungai biasanya menunjukkan struktur geologi, misalnya
perlapisan batuan, jalur patahan atau batas perbedaan jenis batuan. Pola aliran
sungai, apabila dapat dikelompokkan menjadi kelompokkan menjadi kelompok yang
mendirikan batuan atau struktur tertentu.
Beberapa
bentuk pola aliran antara lain adalah
1. Dendritik Mempunyai pola seperti ranting pohon
dimana anak sungai menggabung pada sungai utama dengan sudut yang tajam,
menunjukkan batuan yang homogen terdiri dari batuan sedimen yang lunak atau
vulkanik.
Sumber : bentukalirandendritik.com
2. Rectangular Arah anak sungai dan hubungan dengan
sungai utama dikontrol oleh joint (kekar‐ kekar), fracture dan bidang folasi,
umumnya terdapat pada batuan metamorf.
sumber : bentukaliranrectangular.com
3. Angulate Mempunyai anak sungai yang
pendek‐pendek, sejajar, anak sungai dikontrol oleh sifat seperti batupasir atau
gamping yang mempunyai pola kekar paralel.
Sumber :bentukaliranannular.com
4.Trellis Mempunyai anak‐anak sungai yang
pendek‐pendek sejajar, pola ini lebih menunjukkan struktur dari pada jenis
batuannya sendiri, umumnya terdapat pada daerah batuan sedimen yang mempunyai
kemiringan, serta adanya perselingan antara batuan yang lunak dan keras
dimana sungai utama umumnya dikontrol oleh adanya sesar atau rekahan‐rekahan.
Sumber :bentukaliranannular.com
5. Paralel Terbentuk pada permukaan yang mempunyai
kemiringan yang seragam. Sudut anak sungai dengan sungai utama hampir sama,
sungai utama umumnya dikontrol oleh sesar atau rekahan‐rekahan.
sumber :aliranparalel.com
6. Radial Aliran sungai‐sungai menyebar dari puncak
yang lebih tinggi. Umumnya terdapat pada puncak gunung atau bukit‐bukit.
sumber :aliranradial.com
7. Sentripetal Sungai menuju kesatu arah, umumnya
menunjukkan adanya depresi atau akhir dari pada antiklin atau siklin yang
tererosi. Pada peta topografi, proses geologi muda, terutama erosi akan
tercermin pada bentuk lembah dan aliran sungainya.
sumber :aliransentripetal.com
Gambar Keseluruhan :
Pada prinsipnya gaya
pengikis “erosi” cenderung untuk meratakan muka bumi ini, sampai pada batas
dasar erosi yang berupa, laut, danau atau sungai yang besar. Sehubungan dengan
ini dikenal jenjang‐jenjang atau stadium erosi dari tingkat muda (youth),
dewasa (mature) dan lanjut (old) untuk suatu wilayah yang terbatas. Suatu
wilayah dikatakan stadium erosinya tingkat muda apabila dicirikan oleh bentuk
lembah yang curam, berbentuk V, lurus erosi vertikal dasar lembah sangat
berperan. Pada stadium dewasa, erosi lateral mulai berperan, dinding lembah
mulai landai dan berbentuk U, dan mulai ada pengendapan. Pada stadium lanjut,
dinding lembah sudah sangat landai, bahkan berupa dataran limpahan banjir, banyak
sekali meander. Seringkali meander tersebut sudah terputus membentuk oxbow
lake. Pada peta topografi juga dipelajari keadaan hidrografi terutama hubungan
nya dengan curah hujan dan daerah aliran sungai (DAS), dimana batas garis
pemisah air (water divide) dapat dipelajari dengan melihat bentuk‐bentuk
punggungan yang meliputi aliran sungai utama.
Foto Udara
Foto
udara adalah alat yang fundamental dalam mempelajari geologi karena foto udara
dapat menunjukkan gambaran permukaan bumi secara terinci dari perspektif
vertikal. Gambaran vertikal pada foto udara tidak selalu menunjukkan keadaan
alamiah seperti tampak pada bentang alam. Objek‐objek seperti jalan, bangunan,
sawah, danau akan mudah diketahui. Akan tetapi untuk mengidentifikasi jenis
bentang alam, tubuh batuan dan gambaran geologi lainnya, diperlukan pengalaman
dan dengan kontrol keadaan geologi yang diketahui. Salah satu kelebihan dari
foto udara adalah dapat memberikan gambaran stereoskopik sehingga citra bentang
alam akan tampil dalam gambaran tiga dimensi. Foto udara diambil secara
berurutan searah jalur terbang dengan kurang lebih 60% mengulangi daerah yang
tercakup pada foto (overlap). Apabila dua foto pada satu jalur digabungkan dan
dilihat dengan stereoskop dengan konsentrasi pandangan pada kedua foto, akan
terlihat gambaran tiga dimensi. Beberapa foto udara vertikal telah ditampilkan
dalam cetak pasangan berbentuk stereogram. Untuk melihat gambaran tiga dimensi,
letakkan stereoskop diatas stereogram dan lakukan pandangan tepat pada garis
tengah (Gambar 5.6). Atur jarak lensa stereoskop sesuai dengan jarak mata.
sumber : fotoudara.com
MANFAAT PETA TOPOGRAFI DI BERBAGAI BIDANG
Penampakan wilayah permukaan bumi yang disajikan dalam bentuk peta juga dapat difungsikan untuk berbagai keperluan. Salah satunya ialah untuk keperluan pertanian. Dengan menggunakan analisis peta, kita akan mudah menentukan daerah atau wilayah mana saja yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian, serta jenis komoditas pertanian apa sajakah yang cocok pula di wilayah pertanian tersebut. Oleh sebab itu, untuk menjawab kedua pertanyaan tadi diperlukan analisis variabel yang terdapat dalam kompilasi peta yang berhubungan dengan aspek pertanian tersebut.
MANFAAT PETA TOPOGRAFI DI BERBAGAI BIDANG
Penampakan wilayah permukaan bumi yang disajikan dalam bentuk peta juga dapat difungsikan untuk berbagai keperluan. Salah satunya ialah untuk keperluan pertanian. Dengan menggunakan analisis peta, kita akan mudah menentukan daerah atau wilayah mana saja yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian, serta jenis komoditas pertanian apa sajakah yang cocok pula di wilayah pertanian tersebut. Oleh sebab itu, untuk menjawab kedua pertanyaan tadi diperlukan analisis variabel yang terdapat dalam kompilasi peta yang berhubungan dengan aspek pertanian tersebut.
Sebagai contoh, untuk menentukan wilayah yang cocok dijadikan pertanian holtikultura, maka sebagai bahan pertimbangan awal diperlukan letak ketinggian wilayah tersebut dari peta topografi atau peta rupa bumi. Apabila ditemukan letak ketinggian antara 1000 – 15.000 m dpl, maka sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian holtikultura karena pada ketinggian tersebut tanaman holtikultura dapat hidup dan berkembang. Selanjutnya untuk menentukan jenis tanaman holtikutura yang cocok untuk ditanam, maka dalam hal ini diperlukan informasi yang lebih detail lagi yang diperoleh dari berbagai peta tematik, seperti peta tanah, peta curah hujan, peta geologi, dan sebagainya.
Dengan demikian, dari contoh kasus di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa keberadaan peta dapat diberdayakan untuk kepentingan pertanian. Adapun analisis peta yang menyangkut aspek pertanian antara lain.
- Peta topografi/rupa bumi, untuk melihat ketinggian suatu wilayah, karena dengan melihat ketinggian dapat diperoleh pula data mengenai potensi curah hujan dan suhu yang berpengaruh terhadap aspek pertanian. Dari peta ini dapat diperoleh pula informasi tentang kemiringan lereng yang terdapat di suatu wilayah.
- Peta tanah, untuk melihat jenis tanah yang ada sehingga dapat dijadikan acuan dalam menentukan jenis tanaman apa yang sesuai dengan kondisi tanahnya (struktur, tekstur, dan kelembapan).
- Peta geologi, untuk melihat karakteristik batuan di sekitar wilayah pertanian. Dari peta ini dapat diperoleh data tentang permeabilitas batuan yang erat kaitannya dengan kemampuan dalam meloloskan air.
Komentar
Posting Komentar